Sangatta – Masyarakat di Kecamatan Rantau Pulung, Kutai Timur, masih menghadapi kesulitan akses air bersih. Untuk mengatasi hal ini, mereka telah mengajukan permintaan pembuatan sumur bor.
Namun, Ketua DPRD Kabupaten Kutai Timur, Joni, mengakui bahwa kendala geografis dan kondisi tanah membuat beberapa daerah tidak dapat dijangkau oleh fasilitas sumur bor konvensional.
“Memang untuk saat ini mengatasi pemenuhan air memang sumur bor itu, tapi ada beberapa daerah tertentu juga yang tidak bisa yang bisa di sumur bor itu contohnya kayak Desa Keraitan, karena asam tanahnya tinggi, sehingga dialihkan ke Bengalon kota,” ujar Joni.
Keluhan ini disampaikan warga kepada Joni saat reses di daerah pemilihannya beberapa waktu lalu.
Di Kecamatan Rantau Pulung, pusat fasilitas air sudah terpasang dan berhasil melayani sembilan desa. Namun, masih terdapat beberapa desa lain yang belum terjangkau oleh sistem distribusi air ini.
“Kecamatan Rantau Pulung pusatnya (fasilitas air) ada, sehingga teraliri semua dari 9 desa, itu tinggal beberapa desa yang belum terjangkau air,” lanjut Joni.
Joni juga menyebutkan tantangan logistik yang dihadapi dalam upaya memperluas jangkauan akses air bersih, yang memerlukan pembangunan infrastruktur tambahan.
“Untuk menjangkau di sana kan ratusan kilo kecuali dia bikin lagi di sana, bikin lagi tempatnya baru dia bisa mengaliri ke desa-desa yang lain,” jelasnya.
Menurut Joni, perlu ada solusi kreatif dan teknologi yang tepat untuk mengatasi masalah akses air di daerah dengan kondisi tanah yang tidak memungkinkan untuk pembuatan sumur bor.
Ia berharap dengan adanya dukungan yang lebih besar dari pemerintah, masalah akses air bersih di Rantau Pulung dapat segera teratasi.
Pemenuhan kebutuhan dasar seperti air bersih adalah prioritas utama. Joni berkomitmen untuk terus bekerja dan berkoordinasi dengan berbagai pihak guna mencari solusi terbaik bagi warga Kutai Timur, khususnya Rantau Pulung. ADV