Anggota Komisi IV DPRD Kaltim, Salehuddin, S.Sos., S.Fil. (Ist)
Samarinda – Hari kesehatan mental sedunia baru saja diperingati pada Selasa 10 Oktober lalu. Ironinya, dalam momentum tersebut, prevalensi daya idap penyakit jiwa kian meningkat.
Terlebih pasca pandemi Covid-19, masyarakat di Indonesia khususnya Kaltim mengalami syok, menelan korban, hingga keadaan ekonomi yang belum stabil. Hal itu yang kemudian menjadi faktor pendorong adanya peningkatan gejala penyakit jiwa.
Anggota Komisi IV DPRD Kaltim, Salehuddin, S.Sos., S.Fil menyampaikan, dengan diperingatinya hari kesehatan jiwa ini, masyarakat bersama pemerintah harus bergerak mendongkrak berbagai macam implikasi faktor gangguan kejiwaan.
Dirinya juga mengimbau Dinas Kesehatan Kaltim dan jajaran di Dinas Kesehatan Kabupaten Kota agar terus mendata secara akurat terkait prevalensi meningkatnya gangguan kejiwaan bagi masyarakat di Kaltim.
“Ke depan upaya preventif terhadap kesehatan jiwa itu betul betul di maksimalkan, termasuk bagaimana pendidikan kesehatan, agar masyarakat tidak gampang jatuh dalam posisi depresi,” ucapnya saat diwawancarai via telepon, Selasa (10/10/3023).
Politisi fraksi Golkar itu juga menyebut, jika pelayanan kesehatan dimasing-masing tingkatan misalnya puskesmas dan Rumah Sakit harus bisa memberikan penguatan dan memainkan perannya terhadap gangguan kesehatan jiwa ini.
Menurutnya, Dinkes harus memiliki instrumen untuk kesehatan jiwa. Termasuk pendidikan kesehatan, pemberian informasi terkait kategori gangguan kejiwaan, hingga pemaksimalan aktivasi terhadap puskesmas, rumah sakit, serta komunitas.
“Kasus bullying yang meningkat itu juga bagian dari proses gangguan kejiwaan pada pertumbuhan perkembangan anak-anak di sekolah yang belum maksimal,” jelasnya.
Lanjutnya, itu kemudian menjadi catatan penting bagi kalangan siswa agar menghindari gangguan kejiwaan dengan membendung informasi yang salah dan keterlibatan pengawasan orang tua
“Kita dorong kepada pemerintah provinsi, termasuk Dinkes bagaimana memaksimalkan pelayanan kesehatan jiwa di rumah sakit jiwa. Bukan hanya upaya kuratif tetapi juga preventif,” tutupnya.