SANGATTA – Menurut Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Kabupaten Kutai Timur (Kutim), dr Aisyah tugas dan peran orang tua sangat penting untuk keberlangsungan hidup anak di masa yang akan datang.
Terdapat lima tugas orang tua yakni sebagai Modeling (menjadi model bagi anak-anaknya), Responding (memberikan respon yang tepat terhadap kondisi perkembangan anak), Preventing (melakukan upaya pencegahan terhadap hal-hal buruk yang dapat terjadi pada diri anak), Mentoring (membimbing dan mengarahkan anak), Monitoring (melakukan pengawasan terhadap berbagai aspek kehidupan anak).
“Adapun keterampilan hidup bagi orang tua dan anak, keterampilan komunikasi, mengelola emosi atau stres, memecahkan masalah, membuat keputusan, mengelola konflik. Semua keterampilan ini perlu dicontohkan, diajarkan, dan diberi kesempatan agar terasah dan berkembang, selanjutnya menjadi kebiasaan baik dan membentuk karakter anak,” terangnya.
Kenalkan identitas anak dengan jelas, nama diri anak baik lengkap dan panggilan, jenis kelamin anak, ciri-ciri anak, nama ibu dan ayah, pekerjaan ibu dan ayah, alamat tempat tinggal, orang-orang ‘penting’ di sekitar anak.
Ajarkan juga anak tentang arti tanggung jawab, orang tua yang memberikan semua kebutuhan dan keinginan anak-anak bahkan sebelum anak memintanya akan membuat anak memiliki adversity question (AQ) yang rendah.
“Adversity question adalah kemampuan untuk tabah, tahan banting dalam menghadapi permasalahan hidup. Biasakan dan latih anak untuk BBM atau berpikir, memilih, dan mengambil keputusan,” ungkapnya.
Berikan anak kepercayaan dan kesempatan, lebih banyak menggunakan kalimat tanya, tawarkan bantuan, dan ajak diskusi. Arahkan anak dengan adanya aturan supaya anak bisa melakukan sesuatu dengan bebas tapi tetap bertanggung jawab.
Sikap terlalu melindungi (overprotektif) secara tidak langsung menghancurkan harga diri anak, karena anak merasa tidak sanggup, tidak mampu melakukan hal yang dikhawatirkan orang tuanya, sehingga anak dapat menjadi rendah diri.
“Hargai dan terima diri anak apa adanya, anak paham akan adanya risiko, aturan dipatuhi untuk melindungi diri sendiri dan orang lain, anak tidak hanya peduli pada diri sendiri tetapi juga turut menjaga orang lain,” paparnya.
Sebab setiap anak unik dan istimewa, anak yang diterima dan dihargai akan tumbuh menjadi anak yang percaya diri, anak pun belajar menghargai diri sendiri dan orang lain.
Berikan pendidikan seks atau seksualitas yang tepat, pendidikan seks membahas segala hal mengenai alat kelamin dan perbedaan jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Pendidikan seksualitas mengajarkan totalitas kepribadian seseorang, mencakup perasaan, cara berpikir, cara mengekspresikan dan merespon sesuatu, bagaimana berbudaya, bagaimana bersosial dan sebagainya sesuai dengan jenis kelaminnya.
“Pendidikan seks atau seksualitas mengajarkan anak bahwa ada bagian tubuh yang tidak boleh diperlakukan sembarangan, bagaimana menjaganya, dan apa akibatnya jika tidak dijaga atau diperlakukan sembarangan,” imbuhnya.
Diperlukan pengajaran adab dari orang tua berkaitan dengan bagaimana menyikapi kematangan bagian tubuh tersebut.
Sekali lagi, peran orang tua sangatlah penting dan menentukan karena orang tua sebagai contoh atau model bagi anak apa yang dikatakan mesti sesuai dengan apa yang dilakukan, orang tua juga sebagai figur perlindungan anak, dan orang tua sebagai ‘pemrogram’ atau ‘pembentuk’ karakter anak yang luar biasa.
Sebagai orang tua selayaknya mengawasi tanpa mencurigai, mengingatkan tanpa menghakimi, dan menjaga tanpa memenjarakan.