SANGATTA – Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Kabupaten Kutai Timur (Kutim), dr Aisyah paparkan pengasuhan positif bangun karakter anak yang kuat.
Pengasuhan anak merupakan kegiatan dalam upaya memelihara, membimbing, membina, dan melindungi anak untuk kelangsungan hidup, perkembangan dan pertumbuhan yang serasi, selaras dan seimbang, baik fisik maupun mentalnya.
“Sebab anak lahir atas kehendak Tuhan Yang Maha Esa, dan anak menjadi tanggung jawab dari orang tua serta lingkungan keluarga. Jadi orang tua perlu memahami cara pengasuhan yang efektif dan optimal,” ucapnya.
Dalam indikator pengasuhan anak terdiri dari mendidik, memberikan motivasi dan keteladanan, serta menuntun bukan menuntut, memberikan perlindungan, penuh cinta dan kasih sayang.
Aisyah menjelaskan tujuan dari beberapa indikator itu yakni membentuk karakter anak dan remaja sebagai generasi penerus bangsa dan calon pemimpin masa depan yang memiliki harkat dan martabat, berjiwa nasionalisme, dan berbudi pekerti luhur.
“Maka dibutuhkan dukungan dan kepedulian semua pihak, mulai dari rumah, sekolah, dan masyarakat. Di sini keterampilan teknis orang tua dalam pengasuhan anak juga harus diperhatikan,” terangnya.
Menurutnya, terdapat beberapa pola pengasuhan yang efektif, yakni dinamis, sesuai kebutuhan dan kemampuan anak, konsisten, teladan positif, komunikasi yang baik dan efektif, adanya pujian, berpikir ke depan, libatkan anak, sabar, berikan penjelasan, realistis, dan jaga kebersamaan.
Tak jarang orang tua juga menerapkan pendidikan disiplin. Akan tetapi orang tua diminta untuk pahami pengertian, tujuan, cara mendisiplinkan anak, tahapan mendisiplinkan anak, dan langkah-langkah menanamkan disiplin.
“Pemberian hukuman pada anak juga perlu, misal hukuman sebagai konsekuensi, tetapi harus bersifat memberdayakan, tidak menyerang secara langsung pada diri anak dan nirkekerasan, sekali lagi konsisten serta harus yang membangun,” jelasnya.
Media massa juga menjadi ancaman, Aisyah mengungkapkan beberapa batasan juga harus dilakukan. Seperti batasi lamanya waktu menonton televisi, pilihkan jenis tayangan yang sesuai dengan usia, dampingi anak saat menonton dan bermain games, jadikan tontonan sebagai media belajar, hindari tayangan pornografi, letakkan komputer di ruang keluarga.
Tawarkan kegiatan aktif, olahraga, membaca, bermain, ada kan kesempatan untuk ungkapkan perasaan, rancang kegiatan yang membangkitkan kepercayaan diri, beri ruang bagi anak untuk mengembangkan diri, ciptakan suasana rumah dan lingkungan yang dipenuhi kegembiraan.
“Untuk orang tua juga bisa menjaga kesehatan reproduksi anak, jadi masalah reproduksi ini bukan hanya tugas di anak saja, tetapi juga orang tua melalui pendidikan seks dan seksualitas sejak dini, atau ajarkan ‘Aku Mandiri ‘,” tandasnya.